Jejakbede.onlline - Prahara Kacamata: Candaan Asyik di Balik Buramnya Pandangan
Gambar: iStock |
Hari-hari bahagia terus berlalu bagi Ali dan Maya sebagai sepasang suami istri yang baru menikah. Cinta mereka begitu indah, setiap saat dipenuhi dengan tawa dan senyuman.
Cinta mereka juga senantiasa diwarnai romantisme dalam sepiring nasi kuning.
Namun, Maya tak menyadari satu kelemahan kecil yang dia miliki, yaitu mata minus yang mempengaruhi kejelasan pandangannya.
Tiba-tiba, saat berada di mal, Maya merasa pandangannya menjadi aneh. "Ali, kok pandanganku jadi aneh ya? Apa aku tiba-tiba bisa melihat masa depan atau apa?"
"Hmm, mungkin bisa coba lihat hari tua kita seperti apa, Neng," gurau Ali sambil tertawa kecil.
Namun, Maya semakin merasa cemas. "Bukan, beneran, Ali! Pandanganku buram kalau melihat yang jauh-jauh, kayak ada kabut tipis."
Ali, yang selalu siap memberi dukungan, mengusulkan agar mereka segera cek mata ke optik yang terdekat. Maya setuju dengan usulan Ali dan mereka menuju toko optik dengan hati-hati.
Di optik, mereka ditemui oleh ahli optik yang ramah dan berpengalaman. Setelah pemeriksaan, ternyata dugaan mereka benar, mata Maya minus.
"Jadi, apa harus memakai kacamata terus, Dok?" tanya Maya dengan wajah cemas.
"Dengar, itu tidak apa-apa kok. Justru kacamata bisa membuat mata kamu melihat dengan lebih jelas dan nyaman," jawab ahli optik dengan ramah.
Dengan sedikit rasa penasaran dan ragu, Maya mencoba beberapa kacamata yang diberikan oleh ahli optik. Ali selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan dan memberi pendapat tentang mana yang terlihat paling baik.
Akhirnya, setelah mencoba beberapa model, Maya menemukan satu kacamata yang cocok dan sesuai dengan selera. Kacamata itu memiliki bingkai tipis dan desain yang modern.
Mereka memesan kacamata tersebut dan diberitahu bahwa mereka harus menunggu selama satu minggu untuk proses pembuatannya.
Malam itu, Ali dan Maya pulang dengan hati penuh harap. Mereka berbicara tentang masa depan, rencana-rencana mereka, dan berbagai cerita lucu yang membuat mereka tertawa bersama.
Kehadiran kacamata baru di kehidupan Maya membuat mereka semakin dekat, saling mencintai, dan saling menghargai.
Selama seminggu menunggu kacamata tersebut selesai, Maya menjadi semakin penasaran dengan bagaimana dunia terlihat dengan kacamata. Dia berbicara tentang hal ini dengan teman-temannya dan mereka pun mendukung dan merasa senang atas perubahan kecil yang akan terjadi dalam hidup Maya.
Akhirnya, hari yang ditunggu tiba. Ali dan Maya kembali ke toko optik untuk mengambil kacamata Maya yang baru. Mereka berjalan bersama sambil memegang tangan satu sama lain, begitu mesra dan penuh kebahagiaan.
Tiba di toko optik, Maya diberikan kacamata barunya. Dengan gemetar, dia meletakkannya di hidungnya. Setelah sedikit menyesuaikan diri, dia menatap ke kejauhan.
"Bagaimana rasanya, Neng?" tanya Ali penuh perhatian.
Maya memicingkan matanya beberapa kali seolah mencoba mengatur fokus. Lalu, dia menoleh ke arah Ali dengan wajah penuh kagum dan terkekeh.
"Ternyata, setelah pakai kacamata ini, baru terlihat kamu jelek juga, Ali!" kata Maya sambil tertawa terbahak-bahak.
Ali terkejut mendengarnya dan langsung memainkan perannya dengan santai, "Oh, benarkah? Jadi maksudmu, selama ini kamu tidak menyadarinya karena matamu yang buram?"
Maya mengangguk sambil masih tertawa, "Iya, gitu deh. Tapi tenang, setidaknya kamu memiliki hati yang baik, sayang."
"Ah, kamu ini," ucap Ali sambil memeluk Maya erat. "Tapi ingat, kalau setelah menikah ini, kamu sudah harus menerimaku apa adanya, ya!"
Maya mengangguk sambil tersenyum bahagia. Mereka berdua berjalan keluar dari toko optik dengan saling berpegangan tangan dan senyum bahagia di wajah masing-masing.
Dengan kacamata barunya, Maya kini bisa melihat dunia dengan lebih jelas dan tentu saja, melihat kejelekan "jelek" Ali dengan lebih jelas pula. Namun, bagi mereka, kejelekan itu hanyalah bagian kecil dari cinta yang mereka bagi bersama.
Sejak itulah, kacamata menjadi aksesori baru Maya yang tak pernah lepas. Dan saat dia mengenakan kacamata itu, dia merasa lebih percaya diri dan bangga memiliki pasangan sebaik Ali.
Meski awalnya terkesan lucu dan mengocok perut, namun ungkapan Maya tentang "kejelekan" Ali menjadi suatu bentuk humor mereka dalam menjalani kehidupan pernikahan.
Mereka kembali ke kehidupan sehari-hari mereka, melewati berbagai tantangan dan kebahagiaan. Kacamata Maya menjadi saksi setia dalam perjalanan cinta mereka. Bersama-sama, mereka tumbuh sebagai pasangan yang semakin dewasa dan kuat, saling melengkapi dan saling menyayangi.
Kisah lucu tentang kacamata dan kejelekan "jelek" Ali menjadi cerita yang selalu mereka ceritakan kepada teman-teman dan keluarga. Candaan dan tawa selalu hadir dalam keseharian mereka, membawa kehangatan dan kebahagiaan dalam setiap momen.
Kejelasan pandangan cinta mereka semakin menguat, dan dengan cinta yang mengarahkan setiap langkah mereka, Ali dan Maya siap menghadapi masa depan dengan penuh optimisme dan kebahagiaan.
nice at the end.....
BalasHapus👍👍
Thanks bang. Gmn kabarnya di US?
HapusKerabunan yang membawa berkah, keikhlasan cinta...
BalasHapusUntung ya
HapusGara" pakai kacamata baru ketauan kalo si Ali jelek hehehe..tapi kalau cinta udah melekat, apapun tak kan goyah.
BalasHapusUntungnya saat lamaran belum pake kacamata :)
Hapus🤣🤣🤣
HapusUntung si ali bukan tipe suami yg langsung down begitu dihina istri walopun itu bercanda yaa 😁. Krn ada tipe orang yg ga bisa denger candaan jenis begitu , langsung dianggab serius 😅
BalasHapusKabarnya si Ali tuh terinspirasi Charlie Chaplin. Kegetiran hidup adalah lelucon :)
Hapuskalau diledek ma pasangan ndiri atau suami mah jatohnya romantis hihi...tapi kalau yang ngebecandain fisik orang lain apalagi ga kenal secara nyata baru nyebelin hihihi
BalasHapusMungkin maksudnya kalau pakai kacamata lihatnya jadi semakin amat sangat jelas pastinya ya mas. Hihihi
BalasHapusBaru sadar klo pasangannya "jelek" haha,untung baik hati, dan suka menabung ya.masih banyak kelebihannya
BalasHapus